Judul Buku : Soeharto Sehat
Pengarang : Asvi Warman Adam, dkk
Penerbit : Galangpress
Kota
Terbit : Yogyakarta
Tahun
Terbit : 2006
Edisi : Cetakan I
Bahasa : Indonesia
Kolasi : 130 x 200 mm
Tebal
Buku : 296 halaman
ISBN/ISSN : 979-24-9951-2
Subyek :
Sejarah Politik
Keunggulan buku :
Menceritakan kejadian dengan sumber yang bisa dipercaya, mengupas suatu perkara
dengan teliti
Kekurangan buku :
Masalah yang dibahas cenderung menyudutkan suatu pihak, meskipun dalam buku
sudah tertulis bahwa buku ini tidak menyudutkan pihak manapun
Ulasan buku :
Soeharto sebagai penguasa tunggal
Orde Baru (Orba) telah banyak meninggalkan noda hitam bagi dinamika sejarah
bangsa Indonesia. Sistem pemerintahan otoriter dan despotik dijalankannya diiringi
merajalelanya korupsi, kolusi, nepotisme ketidakadilan serta kekejaman dan
kesewenang-wenangan. Soeharto dengan ideologi Orbanya bahkan telah berani
mengacak-acak autentisitas nilai-nilai Pancasila demi kepentingan hegemoni
politiknya. Semua ketidaknyamanan, ketidakpuasan, instabilitas, dan semacamnya
seperti tidak pernah keluar dan hanya mengendap 'di bawah karpet'. Justru tidak
sedikit rakyat di masa reformasi ini, oleh karena tiadanya perubahan signifikan
di berbagai sektor kehidupan, masih merindukan sosok yang dikenal dengan Bapak
Pembangunan itu sebagai romantisisme masa lalu. Pertanyaannya kemudian, mengapa
berbagai peristiwa seolah mengalami antiklimaks di tangan Soeharto dan
masyarakat kurang menyadari terhadap hal itu?
Salah satu jawabannya adalah
karena kepiawaian Soeharto dalam mengoperasikan ideologi Orba (orbaisme) yang
mengejawantah setara agama yang bersifat absolut. Ideologisasi ini disusupkan
lewat rasionalisasi setiap kebijakan Orba oleh barisan intelektual dan juga
agamawan yang setia di sekitar Soeharto. Pada masa Orba berkuasa,
demokrasi memang dibungkus dengan nama demokrasi Pancasila. Akan tetapi muatan
dan isi demokrasi Pancasila tadi sudah didekonstruksi sedemikian rupa, sehingga
yang ada hanyalah Pancasila dengan tafsiran versi Orba untuk mendukung
kekuasaannya. Tragedi 30 September 1965 merupakan contoh paling nyata bagaimana Soeharto
menyusupkan ideologinya tersebut. Ritual tahunan tiap September di masa Orba
berupa pemutaran film Pengkhianatan G30S PKI, misalnya, seolah menegaskan bahwa
Soeharto menjadi pahlawan yang sebenarnya dalam tragedi berdarah
tersebut.Selain ideologi Orba yang begitu kuat tertancap pada masa pemerintahan
Soeharto, sistem politik oligarki juga penting disorot untuk menguak borok
pemerintahannya. Sistem politik oligarki berkaki tiga dengan didukung tiga
komponen, yakni militer, istana, serta partai, berjalan dengan sukses. Sistem
oligarki tersebut begitu ampuh mempertahankan hegemoninya, dan bahkan dengan
setia ditiru rezim-rezim sesudahnya. Dengan demikian, jelaslah bahwa
sistem oligarki yang dijalankan Soeharto adalah suatu kleptokrasi dan bukan
demokrasi. Seperti kata Stanislav Andreski (1968), kleptokrasi merupakan suatu
rezim yang tujuan utamanya adalah untuk merampok kekayaan negara yang dipimpinnya
(hlm 177). Selain itu, Soeharto Sehat juga bercerita tentang nasib baik Bapak
Pembangunan itu di masa tuanya. Begitu keluar Surat Ketetapan Penghentian
Penuntutan Perkara (SKP3) Soeharto oleh Kejaksaan Agung RI 12 Mei 2006, praktis
tidak ada yang bisa mengganggu ketenangan Soeharto. Kegerahan banyak warga
Indonesia tentang tidak diadilinya Soeharto sama sekali tidak mendapat respons.
Memberikan inspirasi sekali
BalasHapus